MUSIK DANGLUNG LUMAJANG
· Sejarah
Musik
Danglung berasal dari kata Pandgalungan. Makna kata "Pandhalungan"
yang diberikan oleh Prawiroatmodjo (1985) dalam Bausastra Jawa-Indonesia II.
Menurutnya, secara etimologis Pandalungan berasal dari dasar bahasa jawa
dhalung yang berarti "periuk besar". Dalam Konsep Simbolik Periuk
besar bisa didefinisikan sebagai tempat bertemunya beramacam masyarakat yang
berbeda etnis dan kebudayaan kemudian saling berinteraksi dalam ruang dan waktu
sehingga melahirkan varian baru kebudayaan yang disebut pandhalungan.
Terbentuknya Pandhalungan
menimbulkan kesenian yang berkulturasi sehingga dinamakan juga dengan musik
danglung. Musik danglung berkembang di lumajang setelah migrasinya suku madura
yang berakulturasi dengan suku jawa di lumajang. sehingga terdapat perpaduan
gending jawa dan madura antara lain Gong, Kenong Telok, Kendang, Sronen,
kenthongan dan percampuran kesenian seperti saron, rebana, dan jidor. alat
musik danglung berirama rancak dan biasanya mengiringi tari glipang, tari
topeng kaliwungu, tari jaran slining, dan kesenian jaran kencak.
Melihat sejarahnya, pada tahun
1950-an sering dijumpai pagelaran – pagelaran kesenian khas Madura yaitu kenong
telok dan Ronnang. Sedangkan sebutan “Danglung” hanya terdapat di daerah
Yosowilangun yang sebenarnya mengakar dari tradisi masyarakat terdahulu yaitu “
Ngarak Sapi”. Perbedaannya adalah :
-
Kenong Telok merupakan sajian uyon-uyon (Jawa) dan Pajuan (Tayub Beksan).
-
Ronnang merupakan Pajuan (langen beksan) dengan ledek orang pria.
-
Danglung merupakan iringan Kerapan Sapi yang biasanya bersamaan dengan acara
Nadzar (Niatan), Nyekar dan brokohan atau kenduri dimakan orang yang dianggap
keramat atau sesepuh.
·
Perkembangan
Musik Danglung
Kesenian
Musik Danglung Lumajang mulai dipentaskan pada tanggal 24 Juli 1953 di Rumah
Bapak Sadini, Dusun Bayuran Desa Krai Kecamatan Yosowilangun Kabupaten
Lumajang. Kesenian ini sampai dengan tahun 1968 sangat digemari masyarakat
terutama masyarakat Madura, karena mayoritas para pelaku seni merupakan suku
Madura. Sedangkan dari tahun 1968 sampai dengan tahun 1988 perkembangannya
begitu luar biasa, banyak masyarakat yang menggemari, beberapa upaya kreatif
yang yang dilakukan rekontruksi model gelaran kesenian ini.
·
Bentuk
Musik Danglung
Kesenian Musik
Danglung merupakan suatu bentuk kesenian yang kegunaannya untuk mengiringi
kerapan sapi yang benbentuk kesenian kenong telok. Selanjutnya mengalami
pergeseran kegunaanya sebagai iringan acara hajatan atau iringan tari dan
sebuah gelaran seni.
a. Alat-alat yang
digunakan dalam kesenian musik danglung diantaranya :
-
Kenong Telok (kenong / bonangan yang berjumlah tiga).
-
Sronen
-
Kempul dan Gong Besar
-
Kendang
-
Kentongan
b. Bentuk dan Jenis
Iringan Musik Danglung :
-
Bentuk Giro : Sramaan, Bar Jabar, Lennong, Sarkak, Berek Lama
-
Bentuk Ayak : Ayak Topeng, Ayak Komedi, Ayak Sapi
Kenong Telok
Kentongan
Gong
Gendang
Sronen
·
Fungsi
dan Tujuan
Pada
mulanya fungsi dan keguaan musik Danglung untuk iringan ngarak sapi dalam
menunaikan nadzar atau sebagai gelaran dalam selamatan atau hajatan, namun
seiring berkembangnya zaman, keguanaan dan fungsi kesenian music Danglung
berkembang menjadi :
- Sajian Mandiri (sama
dengan uyon-uyon);
- Garapan musik /
konser
- Medium pembantu dalam
: mengiri tari atau sebagai iringan drama atau teater.
Kesenian Jaran Kencak
·
Pelaku
Seni
Beberapa narasumber selaku Pelaku Seni Danglung Lumajang yang masih original (asli) sebagai berikut :
No
|
Nama
|
Asal
|
Keterangan
|
1
|
BASWI
|
Desa Bulaktal
|
Almarhum
|
2
|
DARELI
|
Desa Kedungmoro
|
Seniman aktif
|
3
|
MARSIN
|
Desa Kunir
|
Almarhum
|
4
|
SENEMO
|
Desa Kaliwungu
|
Almarhum
|
5
|
SALI
|
Kalipepe
|
Seniman aktif
|
6
|
MISERAN
|
Desa Krai
|
Seniman aktif
|
7
|
RASMAN
|
Desa Krai
|
Seniman aktif
|
8
|
SULAS
|
Desa Krai
|
Seniman aktif
|
9
|
SUNARYO
|
desa krai
|
seniman aktif
|
10
|
BOYONG
|
desa karangrejo
|
seniman aktif
|
11
|
TINARTO
|
desa krai
|
seniman aktif
|
12
|
SADI
|
desa krai
|
seniman aktif
|
13
|
ASAN
|
desa krai
|
seniman aktif
|
· Upaya
dan Bentuk Kreasi
Dengan berkembangnya zaman serta
arus globalisasi, perkembangan musik tradisi seakan ditelan bumi, mendekati
garis kepunahan. Tentunya peran dari berbagai pihak harus maksimal, khususnya
menyadarkan generasi bangsa untuk mencintai dan mengenal musik tradisi serta
menjadikan mereka bangga dan terlibat terhadap kegiatan dalam rangka upaya
pelestarian, pengembangan dan penganalan musik danglung kepada masyarakat luas.
Untuk itulah selain mempertahankan bentuk keaslian musik ini, kami mencoba
berkreasi dengan merevitalisasi kesenian tersebut, beberapa upaya diantaranya :
1. Penambahan
alat sebagai upaya kolaborasi seperti : Terbang, Jimbe, Tong-tong, saron dan
peking.
2. Penggabungan
bentuk iringan lain misalnya : Iringan Kesenian Glipang, iringan Kesenian Jaran
Kencak, Iringan Jidoran, Terbang Maulud, Kotek’an, Ricikan Karawitan Jawa
(Gamelan) dan lainnya yang dimungkinkan bisa bersenyawa.
3. Bentuk
Penyajian : Kolaborasi drama dan Tari serta Musik Perform.
4. Penciptaan
Tari dengan menggunakan iringan danglung sehingga dapat diikutkan pada ajang
festival atau lomba serta diajarkan kepada generasi muda lainnya dalam bentuk
iringan tari atau menari.
Komentar
Posting Komentar